4 Teori Asal Usul Nenek
Moyang Bangsa Indonesia Terlengkap
Teori Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia – Indonesia adalah bangsa
yang besar dengan berbagai macam suku, ras, agama, dan wilayahnya. Itulah
sebabnya wajar jika bangsa Indonesia juga memiliki banyak kebudayaan. Termasuk
kekayaan alam, kekayaan intelektual, dan kekayaan leluhurnya. Dri luas dan
besarnya bangsa ini, apakah Grameds pernah berpikir tentang bagaimana teori
asal usul nenek moyang Indonesia itu ada?
Sebagai generasi bangsa kita tentu perlu mengetahui bagaimana sejarah teori
asal usul nenek moyang Indonesia ini agar bisa belajar banyak hal tentang
perkembangan corak hidup leluhur bangsa kita. Kita mungkin lebih popular dengan
sejarah bangsa kita mulai dari penjajahan belanda sampai akhirnya masa sejarah
kemerdekaan Negara Indonesia.
Padahal, jauh sebelum menempati masa sejarah itu, kita juga memiliki
sejarah bagaimana akhirnya kita memiliki beragam suku dan budaya di beberapa
wilayah. Mulai dari Sabang sampai Merauke memiliki sejarah panjang hingga
akhirnya masuk menjadi suku bangsa Indonesia.
Ada beberapa teori asal usul nenek moyang Indonesia yang popular di
kalangan para ahli, baik ahli atau pakar dari dalam negeri atau dari luar
negeri. Berikut ini teori- teori asal usul nenek moyang Indonesia yang perlu
Grameds ketahui:
Teori Asaal Usul Nenek Moyang Indonesia
Ada empat teori utama yang perlu Grameds ketahui tentang asal usul nenek
moyang bangsa Indonesia seperti berikut ini:
1. Teori Yunan
Teori Yunan ini mengungkapkan asal usul nenek moyang Indonesia berasal dari
wilayah Tiongkok, tepatnya daerah Yunan. Nenek moyang bangsa Indonesia
dipercaya telah meninggalkan wilayah Yunan di sekitar hulu sungai Salween dan
Sungai Mekong dengan memiliki tanah yang subur. Diperkirakan karena bencana
alam dan serangan suku bangsa lain maka mereka mulai bergerak untuk berpindah.
Nenek moyang bangsa Indonesia memiliki kebudayaan kelautan yang sangat
baik, yakni sebagai penemu model asli perahu bercadik yang menjadi ciri khas
kapal- kapal bangsa Indonesia saat itu. Penduduk Austronesia yang masih
termasuk dalam wilayah kepulauan Nusantaraini kemudian menetap dan akhirnya
disebut bangsa Melayu Indonesia.
Orang- orang inilah yang menjadi nenek moyang langsung dari bangsa
Indonesia sekarang. Para Ahli yang
sepakat dengan teori ini antara lain J.R. Logon, R.H Geldern, J.H.C Kern, dan
J.R. Foster. Dasar utama teori Yunan adalah ditemukannya kapak tua di wilayah
Nusantara yang memiliki ciri khas yang sama dengan kapak tua di wilayah Asia
Tenggara.
Penemuan tersebut menandakan adanya proses migrasi manusia di wilayah Asia
Tenggara ke kepulauan di Nusantara. Adanya migrasi manusia tersebut disebabkan
karena faktor terdesak oleh bangsa yang lebih kuat. Berdasarkan peristiwa
tersebut, teori Yunanan menendakan ada tiga glombang kedatangan tersebut,
antara lain Proto Melayu, Deutro Melayu, dan Melanosoid.
Hal yang mendasari teori Yunan berikutnya adalah ditemukannya kesamaan
bahasa yang digunakan masyarakat di kepulauan Nusantara dengan bahasa yang ada
di kamboja, yakni bahasa Melayu Polinesia. Fenomena tersebut menandakan bahwa
orang- orang Kamboja berasal dari Yunan dengan cara menyusuri Sungai Mekong.
Arus migrasi atau perpindahan tersebut kemudian diteruskan saat sebagian
mereka melanjutkan pergerakan tersebut sampai ke wilayah kepulauan di
Nusantara. Jadi kesamaan bahasa Melayu dengan bahasa Cham di Kamboja menandakan
adanya hubungan dengan dataran Yunan.
Teori Yunan juga didukung oleh ahli dalam negeri bernama Moh. Ali yang
menyatakan bahwa teori asal-usul nenek moyang Indonesia adalah manusia yang
berasal dari Yunan. Hal tersebut didasari oleh adanya dugaan perpindahan atau
migrasi orang- orang di daerah Mongol ke selatan karena terdesak dengan bangsa-
bangsa lain, terutama bangsa yang lebih kuat atau berkuasa.
Tiga gelombang perpindahan atau migrasi dalam teori Yunan dijelaskan lebih
detail seperti berikut ini:
a. Proto Melayu
Proto Melayu atau Melayu Tua adalah orang- orang Austronesia yang berasal
dari Asia yang pertama kali datang di kepulauan Nusantara sekitar tahun 1500
SM.Bangsa Proto Melayu ini memasuki wilayah nusantara dengan dua jalur, yakni
jalur barat melalui Malaysia-Sumatera dan jalur timur melalui Filipina
–Sulawesi.
Bangsa Proto Melayu ini memiliki kebudayaan yang lebih tinggi dibandingkan
manusia purba sebelumnya.Kebudayaan tersebutnya adalah batu baru atau disebut
juga zaman neolithikum yang pembuatan batunya sudah dihaluskan. Berdasarkan
penelitian Van Heekeren di Kalumpang atau daerah Sumatera utara, telah terjadi
perpaduan antara tradisi kapak persegi dan kapak lonjong.
Tradisi tersebut dibawa oleh orang-orang Autranesia yang datang dari arah
Utara atau melalui Filipina dan Sulawesi. Perlu Grameds ketahui bahwa anak
keturunan asli bangsa Proto Melayu adalah suku Dayak dan Suku Toraja yang masuk
dalam suku bangsa Indonesia.
b. Deutero Melayu
Bangsa Deutero Melayu atau Melayu Muda kemudian berhasil mendesak dan
akhirnya berasimilasi dengan bangsa pendahulunya, yakni bangsa proto Melayu.
Hal ini terjadi pada kurun waktu sekitar tahun 400-300 S, yakni gelombang kedua
nenek moyang bangsa Indonesia datang ke wilayah Nusantara.
Bangsa Melayu muda ini masuk ke Nusantara dengan jalur barat dengan
menempuh rute dari Yunan lebih tepatnya Teluk Tonkin, Vietnam, semenanjung
Malaysia, dan sampai akhirnya sampai di wilayah Nusantara. Bangsa ini telah
memiliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan bangsa pendahulunya (Proto
Melayu) karena sudah bisa menghasilkan barang-barang dari perunggu dan besi.
Contohnya kapak corong, kapak serpatu, dan bentuk- bentuk nekara. Selain
kebudayaan logam, bangsa ini juga sudah mulai mengembangkan kebudayaan
megalithikum. Contohnya membuat menhir atau tugu batu, dan unden berundak.
Keturunan bangsa Deutro melayu atau Melayu Muda ini adalah suku Jawa, Melayu,
dan Bugis yang termasuk dalam suku bangsa Indonesia.
c. Melanesoid
Bangsa Melanesoid mulai hadir juga di sekitar wilayah Papua pada akhir
zaman es 70.000 SM.
d. Bangsa Primitif
Sebelum masuknya kelompok- kelompok bangsa melayu (Proto Melayu dan Deutro
Melayu) di Nusantara, sebenarnya sudah ada kelompok manusia yang telah lebih
dulu tinggal di wilayah ini. Kelompok tersebut termausk dalam bangsa primitive
dengan budaya yang masih sangat sederhana. Berikut ini rincian penjelasan
tentang bangsa primitif di Nusantara:
Manusia Pleistosen (Purba)
Manusia purba saat itu selalu hidup nomaden, alias berpindah-pindah tempat
dengan kemampuan yang sangat terbatas. Begitu pula dengan kebudayaan yang
mereka miliki sehingga corak hidup mereka tidak dapat diikuti kembali. Kecuali
pada beberapa aspek saja, seperti teknologinya yang masih sangat sederhana atau
disebut juga dengan istilah teknologi paleolitik.
Suku Wedoid
Sisa- sia kelompok dari suku Wedoid sampai saat ini sebenarnya masih ada,
yakni suku Sakai di Siak dan suku Kubu di perbatasan Jambi dan Palembang.
Kelompok suku ini bertahan hidup dengan mengumpulkan hasil hutan dan
berkebudayaan dengan sederhana. Itulah sebabnya suku Wedoid sulit menyesuaikan
diri dengan masyarakat modern.
Suku Negroid
Di wilayah Indonesia sudah tidak ditemukan lagi dari sisa- sisa suku
Negroid. Namun masih ada di pedalaman Malaysia dan Filipina dari keturunan suku
Negroid ini. Suku yang masuk dalam suku ini adalah suku Semang di Semenanjung
Malaysia dan Suku Negrito di Filipina.
2. Teori Nusantara
Teori asal usul nenek moyang Indonesia berikutnya adalah teori Nusantara
yang bisa dibilang sangat berbeda dengan teori Yunan. Teori ini menyebutkan
bahwa bangsa Indonesia berasal dari wilayah Indonesia itu sendiri, yakni tidak
melalui proses migrasi dari daerah manapun. Teori Nusantara ini didukung oleh
para ahli, antara lain Gorys Keraf, J. Crawford, Sutan Takdir Alisjahbana, dan
Muhammad Yamin.
Dasar utama teori Nusantara adalah berdasarkan pada bangsa Melayu yang
merupakan bangsa dengan peradaban yang sudah tinggi. Anggapan tersebut didasari
pada hipotesis bahwa bangsa Melayu telah melewati proses perkembangan budaya
sebelumnya di wilayahnya. Jadi kesimpulannya, bangsa Melayu asli di Nusantara
yang akhirnya tumbuh dan berkembang dengan sendirinya tanpa adanya perpindahan
ke wilayah tersebut.
Teori Nusantara juga didukung dengan penemuan adanya kesamaan bahasa Melayu
dengan bahasa Kamboja karena sebuah kebetulan. Kemudian penemuan Homo Soloensis
dan Homo Wajakensis di Pulau Jawa menjadi penanda bahwa keturunan bangsa Melayu
memiliki kompetensi berasal dari Jawa.
Berdasarkan perbedaan bahasa, hal tersebut terjadi karena bahasa bangsa Austronesia
mengalami perkembangan di daerah Nusantara tersebut dengan bahasa yang telah
berkembang di wilayah Asia tengah, yakni bahasa Indo-Eropa.
3. Teori Out Of Africa
Teori Out Of Africa adalah teori asal usul nenek moyang Indonesia yang
lebih berbeda dari versi teori- teori sebelumnya. Teori ini mengungkapkan bahwa
asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Afrika. Anggapan ini
berdasarkan pada kajian ilmu genetika lewat penelitian DNA mitokondria gen
perempuan dan gen laki-laki.
Merek kemudian bermigrasi dari Afrika hingga ke wilayah Australia yang
sudah mendekati wilayah Nusantara. Teori ini kemudian mengungkapkan bahwa
bangsa Afrika bermigrasi atau melakukan perpindahan menuju Asia Barat sekitar
50.000-70.000 tahun yang lalu. Pada sekitar tahun itu bumi sedang memasuki
akhir dari zaman glasial, yakni ketika permukaan air laut menjadi lebih dangkal
karena air masih berbentuk gletser.
Pada masa itu memang memungkinkan manusia untuk menyebrangi lautan hanya
dengan menggunakan perahu sederhana. Perpindahan bangsa afrika ke Asia kemudian
terpecah menjadi beberapa kelompok. Ada kelompok yang tinggal sementara di
bagian wilayah Timur Tengah atau Asia Barat Daya da nada kelompok lain yang
bermigrasi dengan menyusuri Pantai Smeenanjung Arab menuju India, Ais Timur,
Australia, termasuk Indonesia.
Fenomena tersebut diperkuat dengan penemuan fosil laki- kali di bagian
wilayah Lake Mungo. Selain itu ada dua jalur yang diperkirakan menjadi wilayah
yang ditempuh oleh bangsa Afrika di masa itu, yakni jalur untuk menuju Lembah
Sunga Nil. Wilayah tersebut melintasi Semenanjung Sinai kemudian ke bagian
utara melewati Arab Levant dan jalur yang juga melewati Laut merah.
4. Teori Out Of Taiwan
Teori asal usul nenek moyang Indonesia ini hampir serupa dengan teori
sebelumnya. Teori Out Of Taiwan mengungkapkan bahwa asal-usul bangsa Indonesia
adalah berasal dari kepulauan Famosa atau wilayah Taiwan. Teori ini rupanya
didukung oleh ahli bernama Harry Truman Simanjuntak yang mendasari atas
argument pada teori ini.
Dasar utama dari teori Out Of Taiwan yang pertama adalah tidak adanya pola
genetika yang sama antara kromosom manusia bangsa Indonesia dengan manusia dari
bangsa Tiongkok. Masih berdasarkan teori ini, bahasa yang digunakan dan
berkembang di nusantara adalah bahasa yang masuk dalam rumpun bahasa
Austranesia.
Bahasa rumpun Austronesia ini digunakan oleh para leluhur bangsa Indonesia,
terutama yang menetap di Pulau Formosa. Jadi dari segi bahasa sudah jelas bahwa
orang-orang nusantara mengadopsi budaya Autranesia dan mengembangkannnya hingga
menjadi bangsa Indonesia seperti saat ini.
Nah, itulah penjelasan tentang teori asal-usul nenek moyang Indonesia.
Apakah ada teori yang Grameds yakini menjadi teori asal usul bangsa kita?
Anggapan teori tersebut tentu berdasarkan data, bukti, dan penelitian-
penelitian yang sangat banyak. Hal ini menandakan bahwa untuk belajar sejarah
kita membutuhkan banyak referensi agar menemukan kepingan-kepingan jawaban.